Tuesday, October 9, 2018

5 Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Melakukan Victim Blaming

Belakangan ini di sekian banyak  media sosial, saya dan anda bisa melihat betapa tidak sedikit komentar yang memberatkan sebuah kesalahan melulu kepada korbannya. Sebuah tragedi pulang menjadi ajang berdebat untuk menggali pernyataan siapa yang sangat benar.

Kebanyakan dari pernyataan tersebut menyalahkan korban yang sesungguhnya pun tidak ingin urusan tersebut terjadi pada mereka. Ketidakmampuan menikmati empati untuk korban ialah alasan tidak sedikit orang menyalahkan korban (victim blaming).


Kenapa anda tidak boleh mengerjakan victim blaming? Yuk, simak alasannya.

1. Karena korban bukan seseorang yang bertanggung jawab sarat atas peristiwa tersebut

Kita tidak dapat mengungkiri kenyataan bahwa masing-masing orang punya jalan beranggapan masing-masing. Kita dapat beranggapan mengenai penyebab sebuah kejadian. Tetapi, menyalahkan korban melulu dengan sudut pandang kita ialah suatu urusan yang salah.

Korban hanyalah orang yang sedang di tempat, masa-masa dan bertemu orang yang salah. Kita mesti berhenti berkomentar buruk seakan-akan korban tersebut hendak peristiwa buruk menimpanya. Seperti pada kebanyakan permasalahan pelecehan seksual di mana yang disalahkan ialah pakaian korbannya. Ingatlah bahwa peristiwa tersebut juga dapat menimpa siapa saja.

2. Karena korban membutuhkan sokongan emosional

Perasaan sedih, depresi bahkan trauma seumur hidup akan mendekat korban yang merasakan suatu peristiwa buruk dalam hidupnya. Mereka perlu waktu guna kembali bersosialisasi layaknya orang pada umumnya. Keadaan emosional mereka sangatlah tidak stabil.

Mereka akan paling terpengaruh oleh satu pengakuan kita. Bayangkan bilamana penderitaan mereka meningkat hanya sebab kita tidak mampu beranggapan dari sudut pandang berbeda, apakah mereka bakal punya motivasi lagi menjalani hidupnya? Tentunya, Mereka bakal semakin susah menjalani hidupnya. Itukah yang anda inginkan?

3. Karena tidak seluruh korban bakal mendapatkan keadilan pada akhirnya

Dalam sejumlah kasus, terduga dapat lolos dari jerat hukum dengan mudah sebab uang dan dominasi sehingga korban kesudahannya menderita sendirian. Mereka menemukan luka baru sebab tidak menemukan keadilan yang seharusnya menjadi kepunyaan mereka. Jikalau kita pun menyalahkan mereka atas apa yang terjadi, sungguh paling tidak adil guna mereka bukan?

4. Karena family korban ialah orang yang sangat menderita sesudah korban

Ketika urusan buruk menimpa seseorang dari unsur keluarga, mereka tidak akan dapat berdiam diri. Tetapi, mereka pun tidak dapat melakukan tidak sedikit hal guna korban. Mereka tidak dapat menghukum penjahat tersebut dengan tangannya sendiri, sebab ada hukum yang berlaku guna tersangka. Kemarahan dan kesedihan mesti dipendam supaya dapat menyokong keluarga mereka yang menjadi korban.

Mereka mesti bersikap lebih tegar guna terus menyokong korban dari segi emosional. Oleh sebab itu, terdapat baiknya kita pun melihat penderitaan mereka dan tidak semakin meningkatkan beban tersebut dengan menyalahkan korban.

Kita mesti tidak jarang kali ingat, peristiwa buruk bisa terjadi pada siapa juga dan bisa pula terjadi pada unsur dari family kita. 

5. Karena korban dan family korban mesti menjalani hidupnya kembali

Korban dan family korban tetap mesti menjalani hidup meski terasa sulit. Mereka tetap mesti berbaur dan bersosialisasi di lingkungan sekitarnya. Mereka mesti menghadapi pandangan orang beda yang menyaksikan mereka secara berbeda. Baik tersebut karena empati atau sebaliknya.

Kita mesti menyokong mereka dengan tidak menuliskan hal yang tidak baik berhubungan korban dan peristiwa tersebut. Biarkan mereka mengatur kembali hidup dan mengupayakan yang terbaik.

Victim blaming atau menyalahkan korban bilamana terjadi sebuah peristiwa bukanlah perbuatan yang bijaksana. Kita mesti mulai beranggapan dan menyaksikan dari sekian banyak  sudut pandang daripada langsung menyalahkan korban yang pun tidak anda kenal secara langsung. Semoga bermanfaat. 

No comments:

Post a Comment